Idea Of Happines
Home » » Kiblat Gitaris Indonesia; 3 Dewa Gitar Era '90an

Kiblat Gitaris Indonesia; 3 Dewa Gitar Era '90an

Written By Idea of Happiness on Minggu, 08 Juni 2014 | 00.47

Source: http://eddysofyan.blogspot.com/2010_08_01_archive.html
Siapa yang tidak kenal dengan Ian Antono ? Gitaris kebanggaan Indonesia yang juga dikenal sebagai gitaris band God Bless memiliki talenta yang cukup besar dalam dunia musik. Tak hanya dikenal sebagai seorang gitaris, Ian juga dikenal orang banyak lewat lagu-lagunya yang sangat dikenal pada eranya, termasuk sampai saat ini. Di tengah aktifitasnya bersama God Bless Ian Antono juga aktif dalam Gong 200 dan merilis beberapa album seperti "Bara Timur, Laskar, dan Prahara". Kemampuan Ian dalama dunia musik seperti menjadi jaminan dan terbukti dirinya tercatat pernah bekerja sama dan mengantarkan sukses album-album Iwan Fals, Anggun C. Sasmi, Nicky Astria, Doel Sumbang, Gito Rollies, Ebiet G. Ade, Ikang Fauzi dll.

Regenerasi gitaris-gitaris yang memiliki talenta besar mulai bermunculan di Indonesia. Salah satunya adalah Eet Sjahranie. Eet pernah terlibat dalam pembuatan album God Bless (Raksasa) yang merupakan salah satu album tersukses band rock legendaris tersebut. Secara tidak langsung keterlibatan Eet dalam album tersebut berpengaruh terhadap karakter rock God Bless, lebih modern, sarat akan penerapan distorsi dan unsur teknikal yang mengacu pada tren distorsi pada era 1980an. Nama Eet juga semakin dikenal sebagai gitaris rock Indonesia setelah sebelumnya juga terlibat dalam beberapa album milik Fariz RM pada tahun 1987 (Living in  the Western World). Gaya permainan, terutama rhytem dan sound-sound dari Eet sangat modern pada saat itu. Bahkan Edwin (gitaris band Cokelat) mengatakan bahwa "Eet sangat inspiratif dan memberikan pencerahan untuk musik rock di Indonesia". 
Source: http://radixguitars.com/eet-sjahranie-edane.html
Usai penggarapan "Raksasa", Eet makin memperlihatkan kelasnya yang sesungguhnya sebagai gitaris rock yang disegani lewat beberapa proyek rekaman yang ia lakukan selanjutnya antara lain, pernah mengisi part gitar untuk album Mel Shandy, proyek solo Ahmad Albar, Cynomadeus, serta album perdana Kantata Taqwa. Yang paling mengejutkan di era '90an, Eet membangun sebuah group band rock yang membesut level distorsi lebih pekat yaitu Edane. Berbagai komentar positif mengenai Eet lahir di kalangan gitaris-gitaris band Indonesia. Pupun (Rock on Road) atau mantan gitaris Kapten mengatakan bahwa sejak album pertama "The Beast", Edan selalu mencuri perhatian dari segi sound dan eksplorasi skill Eet yang dia nilai berani. Sementara Coki Bollemeyer, gitaris Netral dan Deadsquad memang mengagumi Eet sejak dulu. Menurutnya Edane membayar kerinduan semua gitaris rock Indonesia dengan skill dan komposisi yang mantap untuk dinikmati dan dipelajari. 

Disamping Ian Antono dan Eet Sjahranie, masih di awal '90an muncul pula nama baru gitaris bertalenta di Indonesia. Nam aslinya adalah Parlin Burman Siburian atau biasa dikenal sebagai Pay. Gitaris yang mengawali karirnya di group Slank ini berhasil mencuri perhatian lewat permainan gitar yang lebih menonjolkan feel blues yang kental, walaupun ia memainkannya dalam konteks rock. Banyak yang mengatakn bahwa saat itu Slank hadir sebagai terobosan baru, mengingat saat itu musik Indonesia masih "metal" (melayu total), namun Slank hadir dengan rock 'n roll-nya, tapi dengan kualitas musikal dan sound yang malah lebih bagus. Album pertama dan kedua the best menurut Taraz (gitaris T.R.I.A.D dan Taboo).
Source: https://twitter.com/PAYburman
Banyak juga gitaris yang menyukai album Slank, terutama empat album awal yaitu "Suit.. Suit... He.. he.. (Gadis Seksi)" (1990), "Kampungan" (1991), "Piss!" (1993) dan "Generasi Biru" (1995). Permainan Pay juga dikagumi oleh Stevi Item (gitaris Andra & the Backbone dan Deadsquad), Adhit (gitaris Jimmu), Damon Koeswoyo (gitaris Katrina), Boris (gitaris The Flowers). 

Tanpa mengesampingkan nama-nama lain seperti Toto Tewel, Eddy Kemput, hingga Edo Widiz yang meramaikan scene rock di era '90an, reputasi Ian Antono, Eet Sjahranie, dan Pay memang paling menonjol. Oleh karena itu Ali Akbar (salah satu musisi dan pencipta lagu rock era '80-'90an) menyebut ketiganya sebagai "Dewa Gitar" dan pernah mempertemukan mereka bertiga dalam satu lagu ciptaannya bertajuk "Puisiku Terbang" yang dirilis pada tahun 1996. 
Source: Majalah Gitar Pluss

1 komentar:

Pengikut

Tweet

Kalender