Idea Of Happines
Home » » Kendala yang Biasa Dihadapi Peserta Lomba Gitar Klasik dan Pemecahannya

Kendala yang Biasa Dihadapi Peserta Lomba Gitar Klasik dan Pemecahannya

Written By Idea of Happiness on Senin, 09 Juni 2014 | 18.54

Source: http://dimasanarky.blogspot.com/2010/10/tips-merawat-gitar.html
Akhir-akhir ini di Indonesia mulai kembali marak lomba-lomba yang bergerak dalam bidang musik, salah satunya lomba gitar klasik. Biasanya lomba-lomba tersebut diadakan oleh kampus musik, tempat kursus atau komunitas musik. Dalam lomba gitar akustik atau gitar klasik, tentu berbeda dengan lomba-lomba lainnya, seperti festival musik pada umumnya. Memang seni atau keindahan tidak bisa dinilai seperti halnya lomba lari ataupun lomba sains. Namun perlu diketahui, terdapat beberapa kaidah ataupun persyaratan pokok yang dapat mendukung terciptanya keindahan. Dalam hal ini keindahan dari musik gitar yang kita mainkan. Pada umumnya peserta lomba mengalami kendala atau masalah yang sama. Kekurangan tersebut antara lain:

Melodi Tidak Menonjol
Melodi sangat diperlukan dalam perlombaan gitar klasik. Dalam gitar tunggal, biasanya terdapat atau mengandung melodi dan pengiring. Seperti halnya penyanyi yang diiringi musisi dalam group band, suara penyanyi hendaknya lebih jelas dan lebih terdengar jika dibandingkan dengan musik pengiring. Begitupula dengan permainan gitar tunggal, melodi harus lebih ditonjolkan dan lebih terdengar dari pada musik pengiring. Caranya adalah memetiknya lebih keras daripada not-not yang lain (sebagai pengiring bass atau chord).
Prinsip ini sebenarnya sudah banyak diketahui oleh peserta lomba, namun terkadang saat di atas panggung mereka tidak sadar bahwa mereka memainkan melodi sama kerasnya dengan iringan, bahkan terkadang kalah keras dari iringan. Akibatnya, gagasan yang hendak disampaikan oleh pencipta lagu tidak tersampaikan dengan baik kepada pendengar. Oleh karena itu, dalam memperlajari sebuah karya untuk dimainkan, gitaris mesti menyelidiki not-not mana yang lebih penting untuk ditonjolkan. Setelah itu barulah melatihnya untuk memainkannya dengan baik. 

Frase Terputus
Frase atau kalimat musik merupakan satu rangkaian kalimat dalam bentuk nada yang menyampaikan gagasan tersebut. Prinsipnya sama seperti bahasa, bedanya adalah bahasa menggunakan kata sedangkan musik menggunakan nada. Sebuah frase mesti dimainkan dalam satu tarikan nafas tanpa tersendat, apalagi terputus. Dalam hal ini contohnya adalah seorang vokalis. Bila vokalis sedang bernyanyi, tentu dia harus melantunkan nada dengan satu tarikan nafas, jika di tengah frase penyanyi tersebut menarik nafas tentu akan mengganggu keindahan frase. 
Pada permainan gitar tunggal lebih sulit. Penyebabnya adalah tidak selalu sebuah frase bisa dimainkan dengan jemari kiri di satu posisi saja. Bisa jadi, untuk memainkan sebuah frase, tangan kiri mesti melewati berbagai posisi yang berbeda. Bila tidak diperhatikan dan dilatih dengan baik, tiap perpindahan posisi akan menyebabkan frase terputus. Hal tersebut sangat mengganggu keindahan suatu karya, oleh karena itu hendaknya gitaris harus tahu pembagian frase dari karya-karya yang ingin dimainkan. Sedikit perlambatan tempo di bagian awal ataupun akhir frase akan membantu audiens lebih menangkap adanya pembagian sebuah frase.

Kualitas Tone Tidak Memadai
Tone atau produksi suara petikan yang ideal harus cukup keras dan tebal dengan artikulasi yang jelas. Sejago apapun seorang gitaris, bila produksi suara petikan  yang dihasilkan terlalu lemah, tipis, dan tidak jelas artikulasinya akan menghasilkan musik yang kurang indah. Kualitas tone yang jelek pada umumnya disebabkan oleh 
  1. Tidak ada kuku, atau bentuknya yang kurang tepat. Kuku membantu artikulasi nada lebih jelas dan juga meningkatkan ketebalan suara. Karena itu, gitaris hendaknya bereksperimen dan mencoba bentuk kuku yang ideal dan paling tepat untuk dirinya. 
  2. Petikan yang sekadar melayang mengenai senar. Seharusnya bunyi petikan tirando (petikan layang) harus sama tebalnya dengan petikan apoyando (petik standar), yaitu dengan cara menekan senar dengan ujung jari terlebih dahulu sebelum memetiknya
  3. Senar sudah usang, atau senar dengan kualitas yang kurang baik. Sebagus apapun gitar tersebut, atau sejago apapun gitaris tersebut akan terasa kurang jika kualitas senar yang dipilih tidak maksimal. Hal ini akan berakibat pada suara yang dihasilkan, produksi suara yang dihasilkan akan kurang maksimal. 
  4. Kualitas gitar tidak memadai. Kebanyakan kualitas gitar klasik/akustik yang dijual di toko adalah produk massal. Artinya, gitar-gitar tersebut diproduksi dengan menggunakan bahan-bahan serta proses pembuatan yang tidak mendukung gitar mencapai kualitas konser. 
Tuning Tidak Pas
Menjadi gitaris artinya harus bisa melakukan tuning atau menyetem gitar. Artinya harus melatih telinga agar menyadari jika tuning belum pas. Gitaris dituntut untuk peka terhadap nada. Meskipun saat ini sudah banyak aplikasi atau alat bantu yang bisa membantu gitaris melakukan tuning, tidak ada salahnya jika gitaris belajar untuk melatih telinga agar peka terhadap nada. Hal tersebut akan sangat berguna, karena terkadang setelah dimainkan atau karena perubahan suhu, tegangan senar akan berubah dan akan menghasilkan suara yang kurang pas. Gitaris yang tidak peka terhadap nada akan tetap memainkannya dan menganggap semua baik-baik saja. Tentu saja hal tersebut mengurangi nilai bila ia bermain dalam sebuah perlombaan atau festival. 

Mengabaikan Tanda Dinamik dan Ekspresi
Ketika para komposer menuliskan notasi karya mereka (agar bisa dipelajari dan dimainkan musisi lainnya), tak jarang mereka juga menyelipkan tanda dinamik (keras-lembutnya volume suara) serta tanda-tanda ekspresi (misal: dolce - dengan manis, fuoco - dengan keras atau bersemangat, dsb). Tanda-tanda tersebut hendaknya diperhatikan dan dipahami agar pesan yang hedak disampaikan oleh komposer akan tersampaikan secara optimal kepada pendengar. Itulah tugas sang musisi dalam hal ini gitaris sebagai pembawa pesan atau komunikator. 

Tidak Mengenal Lagu yang Dimainkan Dengan Baik.
Kebanyakan peserta lomba hanya membaca notasi dan memainkannya. Artinya peserta tersebut kurang memahami latar belakang suatu karya tersebut diciptakan, siapa komposernya. Pengetahuan tentang komposer juga berguna untuk mengetahui bagaimana karakter musik itu seharusnya dan juga gaya memainkan musik yang berlaku. 

Nah, beberapa poin-pon di atas merupakan kendala atau masalah yang pada umunya dialami oleh peserta lomba. 





0 komentar:

Posting Komentar

Pengikut

Tweet

Kalender